LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
- I. Definisi
- Cairan adalah air beserta unsur-unsurnya yang didalamnya diperlukan untuk kesehatan sel, dan cairan ini sebagian berada di dalam dan sebagian di luar sel
- Elektrolit adalah suatu zat cair di dalam tubuh yang terdiri dari molekul-molekul atau ion-ion yang berfungsi membantu proses metabolisme dalam tubuh
Fungsi Cairan Tubuh :
– Sebagai sarana transportasi
– Sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit
– Sebagai bahan dalam metabolisme
– Untuk membentuk Struktur tubuh
– Memelihara suhu tubuh
Intake Cairan dan Output Cairan
Intake dan Output cairan adalah cairan dalam tubuh harus seimbang antara lain :
- Intake cairan tubuh :
– Air minum : 1200-1500 cc/hari
– Air dalam makanan : 1000 cc/hari
– Air dalam oksidasi : 100-300 cc/hari
- Output cairan tubuh :
– Urine : 1500 cc/hari
– Feses : 150-200 cc/hari
– Insisible Kulit : 350 cc/hari
– Insisible Paru : 350 cc/hari
– IWL(Insisible Water Loss) : 800 cc/hari
– Keringat : 100 cc/hari
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Cairan dan Elektrolit :
- Usia
– Bayi : Kurang lebih 75% air
– Dewasa Laki-laki : 60 % air
– Dewasa Perempuan : 30 % air
– Cairan tubuh berkurang sesuai dengan perkembangan usia dan kondisi
– Individu yang gemuk banyak lemak dari pada air, resiko kehilangan cairan yang lebih besar
- Aktivitas yang berlebihan
- Lingkungan Panas
- Pasien diare
- Pasien panas
- Pasien DM
- Pasien luka bakar
- Pasien Infeksi
Komponen Cairan Tubuh
- Cairan Intraseluler (cairan didalam sel)
40 % dari BB (kurang lebih 28 L)
- Cairan Ekstraseluler (cairan diluar sel)
20 % dari BB (kurang lebih 14 L)
Terdiri dari :
. cairan intraseluler 5 %
. cairan ekstraseluler 15 %
. cairan getah bening
. sekresi kelenjar
. pasien yang harus dibatasi kebutuhan cairannya :
- Pasien gagal ginjal
- Pasien oedem (terutama pada perut)
- II. Etiologi
- Infeksi :
- Internal (infeksi melalui anus)
- Virus
- Bakteri
- Tonsisilitas
- Alergi
- Efek samping obat
- Faktor psikis
- Penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Kehilangan cairan yang berlebihan
- Berkeringat secara berlebihan
- Menurunnya intake secara oral
- Muntah yang berlebihan
- BAB yang berlebihan
- Diet
- Usia
- III. Patofisiologi
Penurunan Fungsi Tubuh
Gangguan Pencernaan Penurunan fungsi mekanis
Humeostatis
Suction gastro Interstinal Perluasan Isotonik
Mual muntah diare
Masukkan makanan atau Refensi air dan Na yg abnormal
Minuman yg tidak adekuat
Air dan elektrolit hilang Peningkatan air tubuh total
Dalam cairan tubuh normal
Intake berkurang output berlebihan Kelebihan volume cairan
Kekurangan volume cairan
Gangguan keseimbangan cairan tubuh
- IV. Batasan Karakteristik
- Mayor
– Ketidakcukupan masukan cairan oral
– Penurunan berat badan
– Kulit/ membran mukosa kering
– Keseimbangan negatif antara masukan dan keluaran
- Minor
– Haus/ mual/ anoreksia
– Peningkatan natrium serum
– Penuruna turgor kulit
– Penurunan keluaran urin atau keluaran urin berlebihan
– Urin memekat atau sering berkemih
- V. Faktor-faktor yang Berhubungan
- Patofisiologis
– Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan dengan jalan evaferotif karena luka bakar
– Berhubungan dengan keluaran urin yang berlebihan
. Diabetes insipidus (ketidak adekuatan hormon diuretik)
. Diabetes tak terkontrol
– Berhubungan dengan kehilangan-kehilangan sekunder akibat :
. Drainase abnormal
. Luka
. Demam atau peningkatan laju metabolik
. Diare
. Perikonitis
- Situasional
Berhubungan dengan :
. mual muntah
. makanan melalui selang dengan pelarut tinggi
. masalah diet
. kesulitan menelan atau makan sendiri sekunder, akibat nyeri mulut, keletihan
. penggunaan zat yang berlebihan
. menurunnnya motivasi untuk minum cairan sekunder, akibat depresi, keletihan
. ketidakcukupan cairan untuk upaya olahraga atau kondisi cuaca
. kehilangan melalui kateter indwelling atau drein
. panas sinar matahari yang berlebihan kekeringan
- Maturasional
– Lansia
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat penurunan cairan dan penurunan sensasi haus
– Bayi/ anak
Berhubungan dengan peningkatan sekunder akibat penurunan penerimaan cairan dan penurunan kemampuan untuk memekatkan urin
- VI. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, gas darah dan elektrolit
- Pemeriksaan Feses
Makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula
Jika diduga ada intoleransi glukosa
- Pemeriksaan kadar urenum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
- VII. Penatalaksanaan
- Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/ berat
- Pengkajian masalah yang berat, bunyi nafas dan warna kulit
- Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine penggunaan super live stookings
- Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan
- Frekuensi pemberian cairan didasarkan keparahan, kekurangan dan respon kemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
- Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup untuk mengurangi odema dengan mencegah re absorbsi natrium dan air oleh ginjal
VIII. Proses Keperawatan
- Pengkajian
– Memasukkan dan pengeluaran cairan elektrolit
– Tanda kemunculan masalah elektrolit
– Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
– Status perkembangan seperti situasi sosial
Pemeriksaan fisik
– Integumen :
- keadaan turgor kulit
- oedema
- kelebihan kelemahan otot, bekuan dan sensasi haus
– Mata :
- Lekung
- Air mata kering
– Gastro Intestinal :
- Keadaan mukosa mulut
- Mulut dan lidah
- Muntah-muntah
- Bising usus
– Pemeriksaan Penunjang :
- Darah
- Urine
- Feses
(Doengoes 1999)
- Diagnosa
– Gangguan cairan dan elektrolit (kurang dari kebutuhan tubuh). Berhubungan dengan peningkatan output cairan yang berlebih ditandai dengan : muntah, poliksia, BAB cair, keringat berlebihan.
– Gangguan cairan dan elektrolit lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan mekanisme regulator sekunder akibat gagal ginjal.
IX. Intervensi
- Diagnosa I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Asuhan Keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Keadaan umum baik
- Ekspresi wajah tampak lebih segar
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- TTV dalam batasan normal
Rencana Keperawatan :
- Lakukan pendekatan dengan menggunakan komunikasi terepeutik
R/ menjalin komunikasi atau hubungan yang kooperatif antara petugas dan pasien
- Observasi TTV dan tingkat dehidrasi
R/ menurunnya volume cairan tubuh akan manifestasi penurunan tekanan darah dan peningkatan nadi
- Kolaborasi dengan Tim Medis (Dokter) dalam pemberian cairan IV
R/ memungkinkan terapi penggantian cairan
- Kolaborasi dengan tim Analis untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urin dan serum. Osmolaritas
R/ untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi untuk memenuhi kebutuhan cairan
- Diagnosa 2
Tujuan : Dengan dilakuakan Asuhan Perawatan diharapkan cairan dalam tubuh pasien dapat terkontrol sesuai kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil :
- Berat badan stabil
- Tidak oedema jantung
- Tidak terjadi komplikasi
Rencana Keperawatan :
- Lakukan pendekatan dengan menggunakan komunikasi terapeutik
R/ menjalin komunikasi atau hubungan yang kooperatif antara petugas dan pasien
- Observasi TTV
R/ peningkatan volume cairan biasanya disertai dengan peningkatan nadi dan tekanan darah
- Observasi berat badan/ kondisi oedema setiap hari
R/ Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/ hari dapat diduga adanya retensi cairan dalam tubuh
- Anjurkan pasien untuk menghindaari penggunaan garaam dalam makanan
R/ Intake garam dapur akan meningkatkan kkonsentrasi natrium dalam darah sehingga beresiko terjadi peningkatan retensi air (Doengoer 1999)
X.Implementasi
Implementasi yang dimaksud merupakan pengolahan dari perwujudan rencana tindakan yang meliputi kegiatan yaitu : volidasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dalam mengumpulkan data serta melaksanakan advis dokter dan ketentuan rumah sakit
XI.Evaluasi
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses keperwatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan.
(Nasrul Effendi, 1995)
S : Subjectife
(Data dari pasien sendiri)
O : Objectife
(Data dari observasi)
A : Assesment
(Masalah sudah teratasi apa belum)
P : Planning
(Rencana yang akan dilakukan)
DAFTAR PUSTAKA
Azid,Ahad,dkk.2004. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC. JAKARTA
Carpenito,Lynda Juall.2000. Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC. JAKARTA
Tarwono dan Wartondi.2001. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Salemba Medika. JAKARTA